Minggu, 08 Januari 2012

European Bread


Awal mula roti berada di Indonesia yang dikenal yaitu roti tawar saat zaman penjajahan bangsa Belanda.  Sejak saat itu Indonesia mengenal roti sebagai kudapan. Roti yang dikenal di Indonesia tidak hanya roti manis dengan berbagai filling dan toping, tetapi juga roti eropa yang rasanya lebih asin. Santapan roti eropa di Indonesia memang sudah terbilang menjamur. Tidak hanya hotel-hotel berbintang yang menjual European Bread. Bahkan bakery-bakery yang menjajakan European Bread di Indonesia pun sudah bermunculan sejak era 70’an. Sebagai negara jajahan bangsa asing termasuk bangsa Eropa, banyak para ekspatriat maupun turis yang berdatangan di Indonesia. Hal itu menjadi sebuah peluang para bakers untuk membuat sebuah makanan sesuai lidah para turis, termasuk roti sebagai makanan pokoknya. Namun, saat ini roti eropa tidak hanya untuk para ekspatriat. Animo masyarakat Indonesia terhadap roti eropa cukup baik. Seiring banyaknya orang Indonesia yang sekadar melancong bahkan bersekolah di luar negeri. Kehidupan selama di wilayah barat tentu membawa pengaruh pada budaya kulinernya. Hal itu menjadi strategi para produsen bakery untuk mematok pasarannya pada masyarakat middle up yang tinggal di wilayah perkotaan yang telah teradopsi budaya barat pada kehidupan sehari-hari. Heru Laksana, selaku Konditor Meister, menambahkan bahwa esensi roti eropa berbeda dengan roti lainnya. Artinya, roti tersebut sangat berpengaruh pada proses pembuatan roti yang membutuhkan optimalisasi dan totalitas yang tinggi yang diperkuat dengan pengetahuan dan pemahaman terhadap cita rasanya. “Akan tetapi, sangat disayangkan bakery di Indonesia yang menjajakan roti eropa, mereka lebih mempelajari bagaimana cara pembuatannya, tanpa mempelajari esensi pembuatan dan gaya makan roti itu sendiri yang sangat mengedepankan seni pembuatan menggunakan tangan dan pengetahuan terhadap bahannya. Susahnya, bila para bakers membuat roti eropa hanya membuat berdasarkan resep roti tetapi tidak pernah  melihat bentuk dan makan rasa sebetulnya. Karena pada dasarnya dalam membuat roti eropa betul-betul harus menyenangi seni membuat roti. Kita tidak bisa membuat roti sekedar melihat resep roti, jumlah bahannya, takaran bahannya, cara mengaduknya, cara membuatnya, dan pembuatan roti itu bukan hanya sekadar untuk jadi, tapi kepuasan hasil pembuatan sampai pada cita rasa yang menggiurkan. Teknik itulah yang masih jarang orang tahu di Indonesia. Karena orang Indonesia jarang mempelajari lebih dalam mengenai teknik pembuatan roti eropa,” pesan Heru di akhir wawancara. Teks: Eka Michelina, Foto: Dok. Bakery Indonesia.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar